Reindra Bramantyo

at 6/11/2018

Living as an adult, or being surrounded by adults -- I thought my life would be so much better. However, I might be wrong.

I used to think that adults won't really pay attention to things like how you should act as a "normal" or as an "expected" men, or how you should done some "manly" things so that people can expect you as a "real men".

Things are not so easy to me -- a person who (may) fail to behave, or to act, or to done certain things that will define me as a "men".

Why?

First: It's my voice. My "girly" voice to be exact. I've been dealing with such disaster in maybe my whole life caused by my voice. If I can describe it myself, I'd rather call my voice as "androgyny" voice or, yeah, maybe more like "feminine" voice. My voice stops changing since I was in Junior School. I have no idea why or what makes my voice sounds like 10 or 12 year-old boy.

Believe it or not, my voice has brought my a bunch of troubles, especially when I was in Senior High, where all the boys normally have that husky voice, or at least their voices turn or sound more masculine or I don't know exactly how to explain it. I always hate when I have to introduce myself in front of new people, because clearly they all will pay attention to me, not because of my personality or whatever, but because of my voice. People will laugh at my voice or they'll talk about it behind my back.

Second: My personality. The way I walk, the way I talk, the way move my hand, my gesture, maybe so far from what's called as "macho". It makes everything even worse for me. I won't really talk about what people used to call me or judge me, but the thing is: I still survive. I survive from the nightmare of living in High School where there wasn't a single day I didn't get other students mocked me or throwing some harsh words at me.

I used to be so comfortable to be involved in adults environment, such as when I was with my teachers, or with certain group with many adults are in. They are not judge me based on my voice, or the way I behave. I felt so comfortable, hoping that someday, when I have to live my life as an adult, everything will be much better. Somehow, the that I've been through still left some scars here and there. I was scared to go out and interact with other people. I learned a huge life lesson, on how I have to survive from those nasty words they throw at me and I learn how to face those people, or at least try to pretend as if everything is alright and I'm not hurting. I guess I learned. I guess.

Now, that I finally enter another stage of my life as a not-a-boy-not-yet-a-man life, I realize everything is not changing any better. I life with some adults at my workplace, and it doesn't release me from those judgment about how "men" you are. Human is blessed with their brain, and their brain is the one that makes people set their own "standard" about "an ideal men". People's brain also makes them judging each other. Once you start to make some thing that is out of their standard, they'll judge you. They'll call you pussy, faggot, sissy, or whatever you named it. That happens to me a lot. Like, A LOT! Sadly, those who still call me so, are adults. Isn't that ironic?

Can I blame them? No I can't. People are freely to judge. You can't control others' minds.

It's not all their fault. They judge me or call me with such things: it's because of me. The way I act, they I behave, my voice. All of those things will surely define what can of men I am; to other people. Even though I'm sure I'm not kind of person they think I am.

So, can I blame myself? I blame myself a lot, for not having certain things that a real man should have. However, my voice, my body, my behavior, are something that Allah gave to me. Who am I to blame Him who already creates me with everything I have now? I try to love myself, slowly. It's hard, but I'm still trying.

Tonight is not a very bad night, though. Only suddenly someone said to me:

"You should probably wear skirt"

Do those words matter to you?

Yes.

Why does it really matter to you? Do you think you exaggerated a small thing?

Am I exaggerating a small thing? How if that small thing happens to you over and over again? Like, you almost live your entire life with that small thing. How does it feel?

It hurts a lot.

Just because I can't do a "manly" thing, a certain manly things, people will easily throw such words at you. I know I shouldn't have let this kind of things make me down, but I'm also a human after all. The more I try to be strong, the more it feels hurt. I try to do good things to them who always judge me, but it doesn't work. I try to prove I'm not a person they think, but what do I have to prove? They won't stop. A small mistake can literally destroy all of your kindness. I'm not saying I'm a kind person, but at least I always try to mock them back. I'm so tired of arguing with those people, it's useless, they won't see my point.

It's hard for being me, and if I try to tell those people, will they understand? No.

Sadly, I'm living in a zone when you speak your mind out to people, they'll judge you even more. They surely won't understand. What do you expect, then?

Now that I have no choice but to keep living. End my life is no longer an option. Or is it?

Deep down, I always crave for having life where people can fully understand me. Where I can live my life, without having to worry people will judge you for being who I am. I know, there's more to life than this. I know it's not only me that's struggling with this kind of nightmare. I do still hope someday people will accept me the way I am.

I definitely have a lot of people who never judge me or at least can accept my flaws; which also the biggest reason why I still willingly continue my life. I hate myself for wasting my time thinking about those harsh words they throw to me. But I can't help it. I'm tired. I really am.

Living as an adult, or being surrounded by adults -- I thought my life would be so much better. However, I might be wrong. I used ...

at 5/04/2018

Kadang, nggak kadang sih, seringkali, susah... Banget rasanya menjaga komitmen yang kita buat sendiri.

Kadang, kita udah memutuskan untuk menjalankan komitmen itu, dan janji nggak bakal goyah karena apapun. Tapi ternyata untuk tidak menengok ke rumput tetangga yang lebih hijau itu ternyata cukup susah.

Masih galau soal tanda tangan kontrak kerja kemarin...

Siang ini aku terlibat pembicaraan singkat sama salah satu pegawai di kantorku, namanya Mbak Fitri. Dia adalah telemarketer yang udah setahun lebih jadi pegawai di sana. Ternyata dia juga habis tanda tangan kontrak juga Sabtu minggu lalu. Pas break habis Jumatan, aku mampir ke ruang sales buat ngadem sambil nunggu pesenan nasi bakar. Tetiba Mbak Fitri tanya,

"Mas Rendra Sabtu kemarin tanda tangan kontrak juga?"

"Iya Mbak, kontrakku sampe Maret tahun depan"

"Mas Rendra udah yakin nggak mau lanjut? Dulu katanya masih pengin kerja di advertising gitu, kan?"

"Hmmm... Iya sih. Tapi aku aja sampe sekarang belum tau mbak, mau kerja dimana kalau aku nekad keluar dari sini. Lagian, kalau inget penalty-nya yang kudu bayar semua gaji yang pernah aku terima, aku mana ada duit sebanyak itu mbak"

Mbak Fitri cuma senyum.

"Yah... Paling nggak aku mau coba jalanin dulu aja mbak sisa 11 bulan kedepan"

Sebenernya, cerita Mbak Fitri juga lumayan miris, sih. Bahkan setelah satu tahun lebih kerja di sana, dia belum menerima hak-hak yang seharusnya dia dapet. Kenaikan gaji nggak terlalu signifikan, bahkan dia nggak dapat jatah libur. Sebenernya, kalau kita mau lihat kebawah, banyak banget realita yang lebih pahit dari apa yang aku jalanin sekarang. Aku nggak bilang jalan hidupku itu pahit, cuma karena kebiasaan burukku yang selalu lihatnya ke atas, rasanya apa yang aku dapetin sekarang masih kurang... Melulu.

"Am I deserve this?"

Pertanyaan itu yang selalu jadi beban buat aku ikhlas menjalani komitmenku. Baru tadi siang aku dapet kabar temenku akhirnya diterima di perusahaan game developer impian dia. Dulu, waktu kami masih nge-kost bareng, kami sempet ngobrol peluang kerja di sana. Bahkan diawal-awal bulan aku kerja di kantorku sekarang, kita masih sempet ngobrolin soal rencana kita kerja disana. Seneng banget sih, dengar temenku yang emang super talented itu bisa diterima di situ. Tapi jadi sedih lagi rasanya. Sedih gara-gara mikir kok banyak temen-temenku yang bisa diterima di perusahaan impian mereka. Sejujurnya aku benci banget sifatku yang kayak gitu.

Tapi balik lagi, aku refleksi diriku sendiri dulu aja. Emang kamu udah sehebat apa sih, Ren, minta kerjaan yang muluk-muluk? Sebenernya aku yakin, yang namanya rejeki pasti udah diatur sama Alloh. Kalau emang sudah takdirnya, ya nanti pasti akan dikasih jalan yang lebih baik dari sekarang. Cuma mungkin prosesnya perlu makan waktu.

Gitu ya, Ren. Inget, tuh sama omonganmu sendiri.

Inget sama komitmen kamu sendiri.

Kadang, nggak kadang sih, seringkali, susah... Banget rasanya menjaga komitmen yang kita buat sendiri. Kadang, kita udah memutuskan...

at 4/29/2018

It's been a while...

Sudah memasuki akhir bulan April 2018 dan baru sempet nulis lagi.

Let's go straight to what I'm actually about to tell. So, long story short, akhirnya aku bisa dapat pekerjaan. Jadi kembali ke tahun 2017 yang lalu, aku sempet datang dibeberapa interview panggilan kerja. Percaya atau nggak, aku sudah beberapa kali lolos interview dan dapat panggilan kerja. Cuma karena waktu itu aku masih picky, banyak panggilan kerja yang akhirnya aku tolak. Dulu itu masih gede banget egoku "Yaelah Ren, masa iya kerjaanmu kayak gini? Cari yang lain lah, banyak yang lebih layak dari kerjaanmu yang ini" dalam hati selalu ngomong gitu. Setelah melalui berbagi interview dan juga menolak beberapa pekerjaan, akhirnya sampai dititik dimana job application-ku sama sekali nggak ada yang lolos. Hampir setengah tahun kayaknya sama sekali nggak ada panggilan interview kerja. Pas itu udah mulai berasa depresi dan menyesal juga. "Tau gini, kerjaan yang kemarin aku ambil aja" akhirnya ngeluh begitu. Semua diperparah oleh orang-orang rumah yang sudah mulai nyindir alus soal kenapa aku terlalu picky (apalagi pasca aku mutusin keluar dari Grapari dulu). Untung aku masih ada sambilan jadi freelance graphic designer jadi masih adalah pemasukan dikit-dikit buat jajan.

Akhirnya, sekitar bulan November, temenku di Sastra Inggris, Mala, nawarin aku pekerjaan di English First Solo. Mala sendiri baru aja diterima kerja disitu dan kebetulan baru ada yang resign juga karyawannya. Waktu itu posisiku udah nggak kuat lama-lama nganggur di rumah, yaudah akhirnya aku nitip CV, FC ijazah, dan surat lamaran ke Mala. Di waktu yang berdekatan, aku akhirnya juga kepanggil interview di Harian Bernas Jogja, waktu itu aku apply jadi graphic designer (masih keukeuh pengin kerja jadi graphic designer). Singkat cerita, setelah aku interview dikedua tempat itu, cuma selang beberapa hari doang akhirnya aku dapat kabar kalau aku diterima di EF Solo. Sebenernya waktu itu lebih memberatkan pengumuman di Harian Bernas-nya sih, cuma yaudahlah, mumpung dikasih kesempatan lagi, dan nggak tau kan kalau tawaran ini aku tolak lago, belum tentu aku dapet tawaran yang baru, akhirnya aku memutuskan buat menerima kerjaan ini. Di EF, posisiku adalah sebagi Progress Advisor, kalau di sekolah umum mungkin mirip-mirip kayak Wali Murid gitu sih. Jadi inti jobdesknya adalah sebagai penyambung antara orang tua, murid dan teacher. Detail soal cerita kerjaan di EF nanti aku tulis di postingan khusus aja deh.

Waktu akhirnya berjalan dan nggak kerasa udah hampir 6 bulan aku jadi staff EF. Sebenernya keinginan buat menjalankan karir jadi graphic designer masih gede banget, cuma memang saat ini belum ada bayangan mau apply dimana lagi.

Jadi ceritanya... Sabtu kemarin, aku disodorkan kontrak kerja 1 tahun setelah lolos masa percobaan kerja 3 bulan. Aku officially gabung di EF dari 6 November 2017, jadi nanti kontrak setahun ini berakhir di Maret 2019. Sampai dititik ini, aku berasa kayak masuk ke suatu ruangan baru. Gimana ya jelasinnya. Jadi di 3 bulan masa probation dulu masih pengin rasanya pindah kerja ke tempat lain. Bukan karena aku nggak suka sama kerjaanku di EF, I'm totally fine with what I'm doing here. Cuma karena egoku buat jadi graphic designer masih besar, sebenernya itu yang bikin aku terus mempertimbangkan apakah harus lanjut atau keluar. Sabtu kemarin itu, dengan kontrak kerja yang baru, akhirnya jadi turning point-ku buat sementara meredam egoku itu dulu. Denga "ancaman" penalti yang lumayan bikin tekor juga kalau nekad nggak menyelesaikan kontrak, akhirnya aku ikhlasin buat menghadapi sisa 11 bulan kedepan. Semoga kuat, Ren...

Banyak banget cerita yang habis ini pengin aku tulis. Mungkin aku awali dari ini dulu ya, soalnya tanda tangan kontrak kemarin berasa kayak aku sudah berada di another page, dan di halaman ini mungkin aku akan lebih fokus memikirkan apa yang udah aku dapat dan menjalankan apa yang ada dulu daripada harus resah mikirin rencana besok yang enggak kunjung terwujudkan.

It's been a while... Sudah memasuki akhir bulan April 2018 dan baru sempet nulis lagi. Let's go straight to what I'...

at 9/16/2017

...Melanjutkan apa yang harus dilanjutkan ihihihiii

Jumat, 16 Juni 2017

Akhirnya setelah dapet SMS buat menghadiri interview user, aku berangkat ke Jakarta lagi pas jam 10-an pagi (undangan interview-nya jam 1 siang). Untuk mempermudah dan mempersingkat perjalanan akhirnya aku pesen Grab Car buat ke Trans7-nya. Di perjalanan inipun aku masih setia ditemani oleh Mamah akyu...

OK, singkat cerita aku sampe di Trans7 jam 12 siang teng, udah adzan dhuhur dan udah pada mau Jumatan. Aku terpaksa nggak Jumatan karena bingung masjid-nya ada disebelah mana (sebenernya bisa aja nanya ya, nggak boleh ditiru!). Sambil nunggu jam 1 siang, aku sama Mamah kali ini nunggu di cafetaria-nya, nyari tempat yang lebih layak dari halte bus T_T, karena waktu itu puasa jadi kita cuma pesan makan buat adek-adekku (iya, aku juga bawa 2 adek kesana heheee). Akhirnya setelah jam 1 aku naik ke lantai 22, di tempat yang sama kayak pas psikotes dan iterview HRD kemaren. Ekspektasiku suasana bakal rame kayak pas psikotes kemaren tapi ini pas kau datang... Sepi. Waktu itu baru aku yang datang. Setelah nunggu beberapa lama, akhirnya ada 2 mas-mas datang. Mereka juga mau interview buat bagian PR. Oh iya, sebelumnya aku apply buat posisi Creative-nya tapi setelah interview HRD, aku direkomendasikan buat ke PR bagian marketing karena aku lebih prefer ke bakat desainku.

Interview siang itu molor... Banget! Kayaknya baru jam 2, si kandidat pertama baru dipanggil. Oya setelah menunggu sekian lama ternyata hari itu cuma ada 3 orang termasuk aku yang di interview. Nunggu beberapa lama akhirnya aku dipanggil juga.

I'll stop you here.

Sumpah ini malu-maluin. Karena saking lamanya, dan saking malesnya aku nerusin cerita ini whaahahaaa, aku sampe lupa ini pertama aku nemuin pak siapa T_T
Intinya di sesi interview user pertama ini aku harus ketemu salah satu kepala divisi dulu. Ini kalo nggak salah lho ya... Ini pertama aku harus menemui kepala divisi Promotion. Dan kalo ini bener, seharusnya aku kemarin menemui Pak Tedja Andarwan (yang kalau nggak salah, dipanggilnya Pak Wawan). Semoga nggak salah. Oh, gosh sorry this is really my bad T_T
OK LANJUT!
Jadi di interview ini intinya aku ditanya background kuliahku, kenapa minat kerja disitu dan sedikit bahas CV. Masalah pertama datang: "Mana portofolio-mu?" MAMPOS. Akhirnya dengan bantuan Mbah Ghaisa (hari itupun aku interview masih ditemenin Mbak Ghaisa) akhirnya Pak Wawan bersedia membuka web portofolio-ku walaupun dia prefer yang printed portofolio. Masalah kedua: KONEKSINYA LEMOT. Bahkan mau buka ke tab lain aja mesti nunggu beberapa menit. Akhirnya aku sempet lihat Pak Wawan menghela napas, mungkin saking keselnya itu halaman nggak nge-load juga. Dan interview user sesi satu ini diakhiri dengan "Yaudah dari saya cukup sekian" yang jujur aja ngeganjel banget antara ini bapaknya emang udah hopeless sama gue atau emang dia udah cukup mengkoleksi info soal gue. Ada satu moment clumsy yang beneran malu-maluin setelah itu. Jadi, begitu Pak Wawan ngomong itu aku reflek berdiri dan mau pamitan, eh tetiba Pak Wawan bilang "Eh, ngapain kamu berdiri? Nunggu HRD closing dulu" HANJER MALUNYA GUE! Akhirnya aku kikuk duduk lagi dan menunggu closing dari Mbak Ghaisa. Setelah itu aku keluar ruangan dan menunggu sesi ke-dua. Di sesi ke-dua aku harus ketemu kepala divisi Marketing PR, Ibu Anita Wulandari. Tapi ternyata Bu Anita baru bisa dateng ke kantor sekitar jam 3 sore, dan waktu itu masih jam 2an. Akhirnya aku turun lagi buat nengokin emak. Adekku si Nevan sama Putri udah kelihatan bosen nunggu lama di kafetaria. Ya Alloh rasanya sedih banget kalo inget hari itu. Tapi ya mau gimana lagi. Sambil nunggu jam 3, aku ngobrol sesi interview pertama tadi bla bla bla sampe akhirnya udah mau jam 3. Aku naik lagi ke lantai 22. Sampe sana, cuma ada aku sama mas-mas yang tadi aku ajak ngobrol sebentar pas nunggu sesi pertama. Sementara mas yang satunya aku nggak tau kemana soalnya sampe akhirnya namaku dipanggil buat interview doi tidak muncul lagi. Singkat cerita, akhirnya aku masuk ke ruangan Bu Anita. Kali ini aku didampingi Mbak Ghaisa dan Pak Wawan. Pertanyaannya kurang lebih sama sih. Dan masalahnya juga kurang lebih sama: PORTOFOLIO. Sedih dan nyesek banget rasanya, kesempatan udah di depan hidung lo dan gegara kurang persiapan portofolio, rasanya interview sore itupun kurang menarik...

Akhirnya sesi interview user selesai hari itu. Mbak Ghaisa bilang pengumuman lolos/nggaknya bakal dikabarin 2 mingguan lagi.

Menunggu seminggu...Dua minggu... Dan nggak ada kabar apapun, artinya aku belum berhasil lolos jadi crew Trans7. Kecewa? Ya jujur sedikit sih, tapi nggak sampe yang depresi. Sebenernya seneng sih dapet pengalaman besar buat interview kerja pertama kali di stasiun TV nasional yang gede! Terlebih dengan persiapan yang minim banget aku bisa lolos ke tahap interview user itu aku anggap salah satu prestasi juga buat aku. Mungkin besok kalau aku ada kesempatan buat interview di perusahaan yang udah besar lagi, aku udah pengalaman mempersiapkan segala yang aku butuhkan besok pas interview dan juga persiapan mental juga.

...Melanjutkan apa yang harus dilanjutkan ihihihiii Jumat, 16 Juni 2017 Akhirnya setelah dapet SMS buat menghadiri interview user,...

at 7/25/2017

Sebelum lanjut ke part 2 interview di Trans7 aku mau cerita soal pengalaman kerja 4 hari di Gr#p#ri salah satu provider selular (kayaknya nggak enak kalo mau nyebut merk) yang ada di Kebumen.

Lha kok bisa nyampe kesitu?

Jadi begini ceritanya...

Jadi kronologinya waktu itu hari Kamis, 6 Juli 2017. Aku dapet WA dari temen SMPku katanya Gr#p#ri XXX Kebumen lagi buka lowongan kerja buat bagian Front Office Support (FOS). Dia nawarin aku buat nemenin dia walk in interview di sana sekalian ngajak ikutan apply juga. Sebenernya dari awal aku nggak begitu tertarik sama tawaran ini. Pertama, aku sama sekali nggak ada planning buat kerja di perusahaan operator selular, kedua aku blas nggak tau apa itu Front Office Support, nanti dia jobdesk-nya ngapain dan yang lain lain. Tapi akhirnya aku mengiyakan tawaran temenku itu cuma sekedar buat iseng aja. Dan bener aja, paginya, hari Jumat, 7 Juli 2017 aku berangkat ke lokasi interview di Gr#p#ri-nya langsung. Sempet kesasar (padahal cuma di Kebumen doang lho ya, kok ya sempet-sempetnya nyasar) akhirya kita datang agak telat sekitar jam setengah 11 siang. Nyampe situ, di depan Gr#p#ri udah pada ngantri mas-mas berbaju rapi. Wah, ternyata banyak juga yang mau apply di situ. Ada sekitar 10 orang ngantri disitu. Setelah mas-mas yang jaga pintu (sebut saja namanya Mas Heru) mempersilahkan interviewees buat masuk dua orang ke dalam kantor Gr#p#ri-nya, sambil nunggu, aku iseng basa-basi nanya yang udah kelar interview. Di interview itu katanya nyatai kok mbak-mbaknya. Kita cuma ditanya visi misi kita kerja di sana dan seputar CV kita (ya, pertanyaan basic interview gitu lah). DAN, kita nanti dikasih soal di laptop soal rumus MS Excel juga, kita harus ngerjain itu.

MAMPUS. Terakhir ngobrak-ngabrik rumus Excel kapan coba? PAS MASIH SMP COY! Yaudah mumpung masih ada waktu, aku sama temenku akhirnya googling soal rumus-rumus Excel itung-itung buat belajar sambil inget-inget lagi. Pas interviewees tersisa sekitar 5 orang termasuk aku sama temenku, si Mas Heru bilang kalau break Sholat Jumat dulu berhubung udah hampir jam 12 siang. Akhirnya aku sama temenku mutusin buat Jumatan dulu. Kelar Jumatan, kita langsung ke Gr#p#ri lagi takut antriannya diserobot orang. Nyampe sana ternyata baru satu orang yang dateng. Beberapa menit menunggu, akhirnya giliran aku sama temenku yang masuk. Di ruangan itu udah ada 2 mbak-mbak yang siap meng-interview kita. Salah satu mbak-mbak itu (sebut aja namanya Mbak Viva) nantinya bakal jadi supervisor si FOS besok. Singkat cerita kita di interview mereka. Biasa deh disuruh memperkenalkan diri bla bla bla, bahas CV bla bla bla, sama agak nge-gossip sedikit berhubung lambe ini mudah sekali terpancing apabila diajak menggossip macem emak emak cyin. Nah akhirnya aku disuruh ngerjain soal Excel di laptop yang ada di depanku itu. Jadi kalo nggak salah soalnya gini "Jika harga kartu perdana lebih dari 30.000 maka "MAHAL", jika harga kartu perdana kurang dari 30.000 maka "MURAH"". Gitu, intinya kita kudu make rumus IF. MAMPUS mana udah lupa semua tadi baca-baca di Google. Bermodal nekad dan agak sok tau, akhirnya aku utak-atik itu kolom sama tabel dan akhirnya setelah sekian lama... NGGAK KETEMU. Mampus gimana nih, masa iya pake cara curang di ketik manual Mahal sama Murah, jangan deh ntar kalo diterima beneran malah disalahin lagi. Yaudah karena kau juga nggak pengen set ekspetasi tinggi buat mereka, aku akhirnya bilang "Mbak, aku nggak bisa". LOL. Akhirnya aku disuruh pake rumus apa aja yang aku inget pokoknya. Tapi berhubung aku lupa BLAS yaudah akhirnya si mbaknya nyerah juga. Setelah sesi tes itu kita masih ngobrol-ngobrol gitu sih. Kayaknya sih lumayan lama soalnya ini lebih kayak kita ngobrol ngalor ngidul gitu bahkan nggak ada hubungannya sama sekali sama pekerjaan. Singkat cerita, akhirnya sesi wawancara siang itu kelar juga.

Hari Senin tanggal 10 Juli 2017, nggak lama setelah sesi wawancara pertama itu selesai, aku pagi-pagi dapet SMS dari nomer baru. Intinya aku diundang buat interview tahap 2. WADUH. Ini kok bisa? Aku langsung WA temenku yang ngajak aku interview dulu, barang kali dia juga dapet panggilan interview. Setelah dibales, ternyata... Dia enggak kepanggil. Ini antara bingung, ya seneng, ya sedih juga, trus ini kudu gimana nggak, diambil nggak nih? Yaudah setelah mempertimbangkan ini itu dan ono, akhirnya aku dateng ke interview tahap dua yang diadakan di tempat yang sama, hari Selasa tanggal 11 Juli 2017. Singkat cerita, aku dateng sengaja mepet jam setengah 9, soalnya males juga kalau mau antri lama. Ternyata kali ini kita dipersilakan nunggu di dalam kantornya. Aku ternyata datang paling terakhir, dan sekumpulan mas-mas kece sudah duduk mengantri di sana. Kali ini asli, atmosfir "interview" nya baru berasa. Ternyata hari itu ada 9 orang doang yang dipanggil termasuk aku. Anjir ini mas-masnya kok nggak ada yang familiar mukanya, apa mungkin mereka apply-nya nggak pas hari Jumat kemaren kali ya. Yaudah akhirnya aku nunggu buat dipanggil soalnya kali ini satu-satu masuknya. Tapi, ternyata durasi interviewnya nggak selama pas hari Jumat kemaren. Satu orang paling lama cuma 10 menit. Jadi sekitar jam setengah 10 aku udah dipanggil. Kali ini aku berhadapan dengan dua mas-mas. Interview kali ini nggak ada tes-tesan lagi kayak yang pertama. Aku ditanya seputar pengetahuanku soal provider selular itu, trus kekurangan kelebihan, cara mengatasinya dan yang lain-lain. Trus di ending interview salah satu mas-nya tetiba bilang gini "Yaudah, kamu yang penting PD aja. Semua orang pasti punya kekurangan. Kamu yang penting PD aja". Berhubung aku juga nggak tahu itu maksudnya gimana, ya aku cuma meng-iya kan dan senyum-senyum aja.

Hari itu berlalu dengan singkat dan sorenya... TEREREREEETTTT... Ada 7 panggilan masuk di HPku, dan nggak ku angkat berhubung aku lagi mandi. Akhirnya aku telepon balik, tapi nggak diangkat. Berhubung aku orangnya kepoan banget, aku iseng nyari nomer telepon itu di FB kali aja nemu siapa yang telepon. Dan bener, ketemu orangya. Tau itu siapa? Ternyata Mbak Viva yang Jumat kemaren interview guweh. MAMPUS ADA APA NIH? Masa doi iseng doang? Masa iya gue yang akhirnya diterima? Lah wong mas-masnya bilang pengumumannya nanti 2 hari lagi setelah interview siang tadi. Akhirnya aku SMS ke nomer itu, tanya ini siapa dan minta maaf tadi nggak ngangkat gegara lagi mandi. Beberapa menit kemudian ada telpon masuk dari nomer yang tadi.
"Halo, ini bener Reindra?"
"Halo, iya bener. Ini siapa?"
"Siapa coba?"
Lah, sini nanya malah bales nanya?
"Ren, kamu besok udah siap kerja belom?"
MAMPUS ini pertanyaan pertama belum dijawab kok tau-tau nawarin suruh kerja.
"Ini mbak Gr#p#ri bukan ya?" (berhubung waktu itu nggak inget namanya :P)
"Iyaaa... Gimana?"
"Loh, Mbak, katanya pengumumannya 2 hari lagi?"
"Iya, cuma FOS yang lama ini minggu depan udah resign. Kamu minggu ini biar di training sama dia sebelum dia pamit"
"Waduh, Mbak. Kalau Rabu aja gimana?" jawab gue dengan gobloknya.
"Kalau kamu nggak siap yaudah aku telpon kandidat kedua aja. Ini sebenernya cuma ada 2 kandidat termasuk kamu"
JENG JENG JENG JENG... Mampus. Ini gue berasa kena headshot, tiba-tiba disuruh kerja tanpa persiapan APAPUN! Sebelum jawab iya/nggak, aku mikir-mikir dulu. Kalau diterima, sebenernya dulu ikut interview cuma iseng doang (jangan ditiru). Tapi kalau ditolak kok eman-eman? Yaudah apapun keputusannya, tanggung sendiri resikonya!

"Iya Mbak, besok aku berangkat..."

"Yakin? Yaudah kalau emang kamu udah siap, besok pakai atasan putih, bawahan hitam ya. Oya, besok aku berangkat siang. Jadi ketemu FOS lama dulu aja. Namanya Mas Proud (anggap aja namanya begitu). Nanti dia yang ngajarin kamu..."
"Iya Mbak, makasih..."

Dan pembicaraan malam itu akhirnya berakhir.

Paginya, dengan segala ketidaksiapan yang ada, dan dengan baju yang belom sempet dicuci, berbekal parfum, akhirnya aku berangkat ke Gr#p#ri buat training kerja hari pertama. Disuruh dateng jam setengah 8, tapi begitu nyampe sana Mas Proud nya belum dateng. Akhirnya aku kenalan dulu sama mbak-mbak cantik CS dan mbak cantik kasir. Di kasir, ada Mbak Nyanya (nama samaran) lulusan Sastra Daerah. Cara ngomongnya, attitude-nya, bahkan mukanya itu sinden abis coy! Trus di CS ada Mbak Rinrin sama Mbak Lala (nama samaran juga). Hari pertama masuk kantor, masih awkward-awkward gitu lah, namanya juga hari pertama. Beberapa menit kemudian Mas Proud akhirnya dateng. Di hari pertama itu aku langsung diterjunin ke kasir. MAMPOS. Sambil disuruh memperhatikan kerja kasir, aku nyatet-nyatet hal-hal yang sekiranya penting. Pusing juga rasanya. Jadi, sebenernya inti tugas dikasir itu adalah melayani yang mau bayar tagihan internet, atau melayani sekaligus kasih paket internet buat mereka yang mau beli kartu perdana baru. Tapi... Karena antrian di CS kadang rame banget, kasir mau nggak mau harus bantu kerjaan CS juga. Kebanyakan kasus di CS itu ganti nomor baru karena kartu mereka yang lama rusak. Dan kasir bisa bantu prosedur cek registrasi kartunya udah sesuai identitas apa belum. Kalau belum, si pelanggan itu disuruh nulis paling nggak 5-10 nomor telepon yang pernah dihubungi baik SMS ataupun di telepon. Udah abis itu selesai, prosedur selanjutnya ntar diurus CS. Simpel ya kedengarannya? Simpel sih aslinya. But lemme tell u something. Di kasir, di kasir doang ini ya, ada sekitar 15 aplikasi yang musti elu apalin! Pertama aplikasi buka kasir, aplikasi buat buka antrian, aplikasi buat cek kartu, aplikasi buat pembayaran tagihan, aplikasi buat ngisi pulsa DAN MASIH BANYAK LAGI! Belum lagi nih, kita juga kudu nyatet laporan setiap ada pelanggan yang masuk. Intinya hari pertama itu beneran bikin aku mabok (padahal cuma di kasir doang).

Setelah catet ini catet itu, praktek dikit-dikit, dannn sebagainya akhirnya hari itu berlalu juga. Mbak Viva dateng ke ruang kerja kita.
"Gimana Ren? Udah pusing?" kata dia sambil nyengir.
"Udah mbak..." jawab gue karena gue pusing beneran.
"Yaudah gimana? Masih mau lanjut nggak?"
"Lanjut lah... Masa baru hari pertama udah nyerah" timpa Mbak Lala.
"Nggak tau nih Mbak. Tapi yaudah besok aku coba lanjut deh..."

Akhirnya dengan kekosongan otak yang ada, paginya aku berangkat ke Gr#p#ri lagi. Hari itu Mas Proud cuti, jadi aku seharian sama Mbak Viva. Pagi-pagi, aku diajari kerjan inti FOS. Sebenernya inti kerja FOS itu cuma bikin laporan mingguan sama bulanan. Cuma laporan itu harus disinkronkan sama laporannya CS sama kasir. Itu yang bikin mumet! Karena ini udah berurusan sama angka-angka njilmet yang kalo ada selisih dikit aja sama laporan kasir atau CS, berarti laporan elu belom bener! Siangnya, aku disuruh ke kasir lagi. Sebenernya sih aku udah mulai bisa ngikutin alur kerjanya kasir. Dari sini aku mulai optimis bakal lanjut disini. Soalnya lingkungan kerjanya juga asik sebenernya. Mbak-mbaknya nggak pernah marah kalo aku tanya-tanya soal kerjaan, terutama Mbak Nyanya. Dia ternyata sabarrr banget kalo ngajarin aku. Tapi buka berarti Mbak Rinrin sama Mbak Lala galak. Karena mereka berdua CS, jadi mereka sibuk banget fokus ke pelanggan.

Hari Jumat akhirnya tiba. Itu artinya ini udah 3 hari aku di Gr#p#ri dan masih berani dateng ke sini. Waktu itu seragamnya batik. YES! Bajuku yang putih itu udah bau keringet soalnya berhubung cuma punya satu T___T

Hari itu aku disuruh ngliatin kerjaan CS. Berhubung Mbak Viva cuti sampe Senin, dan Mas Proud masuk siang, jadi setengah hari aku di CS sambil nyatet-nyatet. PARAH! Kerjaan CS ternyata susah banget coy!!! Kerjaan kasir aja masih belom nempel banget di otak ini udah harus ngapalin kerjaan CS. Jadi, CS itu bertanggungjawab menyelesaikan masalah pelanggan yang kartunya bermasalah. Kebanyakan sih kartu mereka ilang, trus minta kartu baru. Ada juga yang pengin update kartunya ke 4G, atau pengin migrasi dari kartu Y ke kartu X. Yang bikin mumet itu prosedurnya. Jadi kita harus wira wiri ke SEBELAS APLIKASI buat satu prosedur penggantian kartu doang coooyyy... Gue dari awal udah mumet asli lah! Mbak Rinrin bola-bali nanyain "Pusing nggak Ndra?" sambil ketawa. Muka gue mungkin waktu itu udah kayak koyor kali saking pusing sama stress-nya. Dan hari yang panjang itu akhirnya berlalu juga. Dari hari itu akhirnya aku mulai nimbang-nimbang lagi buat lanjut atau nggak. Jujur nih ya, dalam hati sebenernya teriak gini "Woy, Ren. Lu susah-suah kuliah 4.5 tahun. Ngerjain skripsi penerjemahan satu tahun sampe lu mampus! Dan lu sekarang dapet kerjaan begini? Trus usaha lu dan perjuangan lu di Sastra Inggris gimana?". Tapi mengingat Mbak Viva bola bali bilang "Ren, harusnya kamu bersyukur. Kamu tuh dipilih dari hampir 200 kandidat tau". Mbak, lha wong saya disuruh ngerjain excel aja ngga bisa, kok ya tetep dipilh? Heheheee... Nggak ding.

Yaudah setelah semalaman mikir lanjut atau nggak, paginya, hari ke-4 disitu, aku sekali lagi meyakinkan buat stay or leave. Pagi itu aku dirusuh ke CS lagi, dan yang kemaren udah aku apalin... LUPA SEMUA. Alhasil karena dipaksa praktek, si pelanggan mukanya udah sampe bete bats gegara biasanya satu orang 20-30 menit pelayanannya, ini sama gue hampir satu jam brohhh... Belom lagi Jumat kemaren sempet salah ngisi pulsa. Alhasil aku kudu ganti 20 rebu. Untung cuma 20 rebu doang!

Karena hari itu hari Sabtu, jadi Gr#p#ri cuma buka setengah hari. Setelah tutup, waktunya FOS buat bikin laporan mingguan. Aku ke ruangan Mas Proud buat lihat caranya bikin laporan. Dan itu mumeti banget. Akhirnya aku memutuskan buat "menyerah" aja karena kerjaan kantoran gini emang bertolak belakang banget sama aku, mau di paksain kaya gimana juga.

"Mas, kalau aku nggak lanjutin lagi, aku belum terlalu telat kan buat keluar?"
"Kamu mau keluar?"
"Iya Mas. Kayaknya aku nggak bisa ngikutin kerjaan di sini. Aku disuruh multi-tasking, bisa jadi kasir, bisa jadi CS, selain jadi FOS, cuma dalam waktu 4 hari. Kayaknya aku nggak sanggup"
Mas Proud diam sebentar.
"Kamu tau nggak? Sebenernya hari pertama itu kamu emang sengaja dikasih tugas seabreg buat nge-tes mental kamu. Kan kemaren ditanya, mau lanjut atau nggak, kan? Kamu bilang mau lanjut, aku kira mental kamu emang kuat"
Aku cuma senyum.
"Tapi jujur aku nggak tega sih, makannya hari pertama kemaren aku kasih tugas kamu sedikit-sedikit dulu"
"Mas, justru karena Mas ngasih tugasnya dikit-dikit makannya aku stress-nya sampe 4 hari (T___T) Kalau Mas Proud langsung kasih semua di hari pertama, mungkin setelah ditanya mau lanjut atau nggak, aku langsung jawab nggak"
Mas Proud cuma ketawa.
"Ya gitu lah, jadi FOS emang berat. Kita punya kerjaan kita sendiri. Tapi kita juga harus bisa jadi backup-nya kasir sama CS. Aku aja sampe sekarang masih belajar" (FYI Mas Proud ini udah 2 tahun di Gr#p#ri).
"Gini aja, kalau kamu mau keluar, yaudah besok Senin nggak usah datang. Nomor kamu, kamu matiin aja"
"Lah Mas, malah rencananya aku mau pamit langsung ke Mbak Viva"
"Kamu pasti nanti kena marah"
"Nggak papa Mas, kalau cuma dimarahin mentalku udah kuat kayaknya (udah sering dimarahin soalnya :P)"
"Sekarang coba deh jawab. Tanggungjawabmu jadi FOS seminggu ini gimana?"
"Mmm... Ya ini, aku coba bantu ngerjain laporan minggu ini"
"Trus nanti yang training calon FOS kedua besok siapa?"
Mampus gue gabisa jawab.
"Nah itu yang nanti bakal ditanyain Mbak Viva ke kamu. Kamu bisa jawab nggak?"
"Wah... Emang kalau itu kayaknya belum bisa jawab sih Mas"
"Atau nggak gini, kamu udah bilang ke orangtua kamu kalau kamu mau keluar?"
"Udah Mas"
"Yaudah, kamu suruh orangtuamu aja yang telepon Mbak Viva. Pasti dia segan mau marah"
Oh iya, Mbak Viva ini emang periang banget, tapi sekalinya marah... Aku kena omel 2 kali gegara istirahatnya kelamaan 10 menit T________________T

Lalu Mas Proud turun ke ruang bawah buat ambil sesuatu. Di sini aku mikir "masa iya gitu banget pamitnya? Aku juga nggak mau bawa-bawa orang tua kesini, cemen banget, orang cuma mau pamit doang". CLING! Akhirnya aku dapet ide, nanti kalau emang ditanya begitu, jawab aja "Kan aku belum tanda tangan kontrak apapun. Dan dari awal nggak ada perjanjian kalau aku nggak lanjut, aku harus ngajarin kandidat FOS yang baru". PERFECT! Akhirnya aku SMS Mbak Viva dulu sebelum telepon, takut ganggu. Beberapa menit kemudian Mas Proud masuk ruangan lagi dan kita nganjutin ngerjain laporan mingguan (walaupun aku sebenernya cuma bantuin ngeliatin doang eheheheee). Tiba-tiba ada telepon masuk. DARI MBAK VIVA. Yaudah aku udah siap mental juga kalau dimarahin dan sebagainya.
"Halo, Ren. Kenapa?"
"Mbak, kayaknya aku nggak lanjut deh"
"Maksudnya? Senin udah nggak mau masuk lagi?"
"Iya Mbak..."

*DEG, abis ini ditanyain tanggungjawabnya nggak ya?

"Ohhh... Yaudah nggak papa"
Seketika lutut gue langsung berasa copot saking leganya.
"Maaf ya, Mbak kalau 4 hari ini kerjaku nggak bagus"
"Nggak papa, namanya juga lagi belajar"

Gue nggak dapet omelan sama sekali dari Mbak Viva. Mas Proud yang dari tadi ikut denger pembicaraan kita cuma senyum aja. Akhirnya sekitar setengah 3 sore (Coy padahal harusnya jam 12 udah pulang) laporan mingguan sudah selesai. Aku akhirnya pamit ke Mas Proud dan berterima kasih 4 hari ini udah sabar banget ngajari aku. And... Yeah, that's all. Aku officially udah nggak kerja di Gr#p#ri lagi.

Intinya gini. Banyak yang bilang emang, sebagai seorang fresh graduate, buat ngedapetin kerjaan yang sesuai sama jurusan dan passion kita emang susah. Tapi bukan berarti kita ambil kerjaan "seadanya". Aku nggak bilang 4 hari disana itu aku nggak bisa belajar apa-apa. Aku belajar banyak hal. Cuma masalahnya, pekerjaan itu "nyaman" buat kamu atau nggak? Yang namanya kerja, kalau kamu sendiri merasa terbebani, merasa stress saat kerja, gimana nanti kamu dapat hasil yang diinginkan? Dan gimana nanti kamu menjalani kehidupanmu di lingkungan kerjamu? Underpressure di sini, bukan karena kita nggak suka menjalani pekerjaan yang mungkin nggak sejalan sama passion kita, tapi karena kita nggak capable untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Ibaratnya, dokter hewan mana bisa disuruh buat benerin kabel kusut di tiang listrik.

Cari kerja yang sesuai sama passion kita emang nggak mudah. Tapi nggak mudah itu bukan berarti nggak mungkin kan? Emang, pasti perlu waktu lama buat dapet itu. But I believe it will come to me in the right moment. Yang penting tetap berusaha aja. Semoga sesegera mungkin dapet kerajaan yang bikin betah dan nyaman :)

Sebelum lanjut ke part 2 interview di Trans7 aku mau cerita soal pengalaman kerja 4 hari di Gr#p#ri salah satu provider selular (kayakn...

at 7/03/2017

HOLA!

BONJOUR!

CIAO!

OLÀ!

NAMASTE!

OHAYO!

Well, setelah sekian lama menghilang, akhirnya sempet juga buat nulis lagi. Sebenernya banyak hal yang terlewat satu tahun terakhir ini. SATU TAHUN TERAKHIR?

Lu kemana aja Ndra?

Ya, itu nanti gampang dibahas di postingan selanjutnya ya...

Oke, jadi kali ini aku mau share pengalaman interview kerjaku yang pertama banget nih! Sebenernya dulu waktu apply jadi library intern di Perpus Pusat UNS juga sempet ada sesi interview, kan yang part time di situ juga harus di seleksi. Nah, tapi kali ini interview-nya lebih interview banget yak (???) jadi dari segi prosedur de el el-nya juga beda.

Jadi, sekitar beberapa bulan yang lalu aku dapat kabar dari temen kalau Trans7 lagi buka job vacancy gede-gedean. Temenku yang satu kota ini kebetulan udah daftar, dan dia rekomen aku buat ikut daftar juga. Yaudah, akhirnya aku buka website karirnya Trans7 dan di situ memang banyak banget vacancies yang dibuka. Waktu itu aku apply buat bagian Virtual Graphic Design sama Program Development & Creative. Sebenernya bekerja di stasiun TV itu bukan prioritas utama sih, karena saat ini, aku masih pengin kerja di advertising gitu pokoknya yang butuh jasa desain grafis aja (Sarjana Sastra tapi masih keukeuh jadi Graphic Designer). Tapi apa salahnya kan ya, apply di sana, kali aja di divisi itu emang butuh anak desain. Berbekal scan ijazah, transkrip nilai, dan CV, akhirnya aku submit job application-ku ke sana.

Jumat, 9 Juni 2017

Selang sekitar 2 minggu kalau nggak salah sih, aku dapet sms dari HRDnya Trans7. Inti SMS-nya sih aku dapat undangan buat psikotes hari Selasa (13 Juni) jam 10 pagi di Trans7. Antara kaget dan laper (waktu itu masih bulan puasa) akhirnya aku ngabarin keluarga soal ini dan minta pendapat mereka buat datang psikotes atau nggak. Ternyata mereka support buat didatengin aja, ya kali aja rejeki. Yaudah belum sempat meng-iya-kan SMS itu, tiba-tiba HRDnya telpon. Dia bilang kalau bisa hadir harap konfirmasi ke nomer yang dia kasih dan dia juga nyebutin apa aja yang perlu dibawa buat psikotes besok. Aku sempet ngabarin temenku yang satu kota ini dia dapet panggilan juga atau nggak. Tapi berhubung doi juga udah diterima kerja duluan yaudah dia bilang nggak datang interview. Trus aku tanya ke temen-temen kuliah yang (kayaknya sih) dulu sempet cerita apply di Trans7 juga. Tapi mereka yang apply juga enggak datang ke interview. Yaudah jadilah saya dewekan bertandang ke Jakarta.

Minggu, 11 Juni 2017

Akhirnya dengan persiapan yang serba minim (secara baru pertama banget dapat panggilan interview), akhirnya aku berangkat Minggu malam dari Kebumen naik travel. Kebetulan supir travel-nya ini temen Mamahku, jadi lumayan nggak usah ribet ke agen travelnya buat beli tiket de el el (eh kalo travel harus beli tiket dulu nggak, sih? Heheheee). Singkat cerita, aku sampai Bogor Senin pagi. Oya, aku tidur di rumah Mamah di Bogor karena sodara nggak ada yang tinggal di Jakarta Selatan. Jadi, yaudah otw ke Trans7-nya dari Bogor lumayan deket sih cuma 1 jam.

Selasa, 13 Juni 2017

D-Day 1

Setelah istirahat dan persiapan kecil-kecilan baca soal-soal psikotes di internet, akhirnya hari Selasa pagi aku berangkat ke Trans7. Perlu diketahui, rumahnya emak gue itu terletak dipelosok abis (di Gunung Putri). Jadi mau ke jalan utama aja kudu naik angkot 2 kali. FYI, selama perjalanan ke Jakarta, aku ditemenin Mamah-ku karena doi takut anaknya ini bakal kesasar. Jadi, selama perjalanan pake bis setelah dua kali naik angkot, Mamahku ini ketiduran. Trus si aak kernet angkot ini tetiba teriak "Ayo tadi yang mau ke Trans7 turun di sini". Yaudah kan reflek aku bangunin Mamahku buat turun. Dan ternyata aku diturunin di halte Trans Jakarta (halte mana aku lupa pokoknya) dan itu masih jauhhh banget dari Trans7. Yaudah akhirnya kita naik TJ, dan turun di halte Gatot Subroto Jamsostek. Begitu naik overpass, dari jauh Menara Bank Mega-nya udah kelihatan. Akhirnya kita sampai di depan gedung Bank Mega sekaligus gedungnya Trans7. Kita istirahat sebentar di halte depan situ karena tadi sempet panik diturunin di halte yang salah. Waktu itu kita sampai jam 9 pagi. Karena nggak tau waktu itu masuknya lewat sebelah mana akhirnya aku mbututi kru Trans7 dengan seragam hitamnya yang melegenda itu. Di depan halte itu lumayan banyak sih kru yang sliwar-sliwer, mungkin mau berangkat kerja. Sampai sini, aku pamit ke Mamah karena setengah jam lagi psikotes dimulai. Aku sih udah bilang, anterin aku sampe sini aja, takut psiokotesnya lama. Pokoknya aku cuma pesen tolong kirimin WA jalur dan bis yang dipake nanti buat balik karena short-term memory ku payah banget deh pokoknya kalau disuruh nginget-nginget nama jalan, nama bus, nama halte, nama daerah dannn lain-lain. Akhirnya aku masuk ke gedungnya Trans7. Sumpah aku berasa kayak orang terudik di dunia, mau masuk lift aja mendadak lupa caranya T_____T

Dan dengan segala kesalahan dan kebingungan yang terjadi akhirnya nyampelah saya di lantai 22, tempat dilaksanakannya psikotes pagi itu. Waktu aku datang sih belum pada rame pesertanya. Aku duduk di sofa lobi dan sebenernya mau basa-basi kenalan sama peserta yang lain. Namun ku tak berdaya karena aku paling payah soal hal sok mengakrabkan diri. Beberapa menit kemudian petugas disitu (nggak tahu posisi dia apa, kayaknya cleaning service) nyuruh kita buat tanda tangan absen dulu. Nah, di sini aku baru ngeh persertanya hari itu (kalau nggak salah nih ya) cuma 35 orang doang. Kebetulan namaku ada di lembar ke-dua (dan daftar absennya emang cuma ada 2 lembar), dan bener nomer absen terakhir itu 35. Wah, kok sedikit ya?

Akhirnya jam 10 tepat, Mas Sonny, HRD yang telpon aku dulu itu muncul dan menyuruh kita masuk ke ruangan buat mulai psikotes. Sebelum itu, kita disuruh isi form dulu, inti form ini sebenernya mirip kayak form yang kita isi kalau mau submit CV kita di web itu sih. Cuma disini ada kolom minta gaji berapa. Belum kelar ngisi form, mas Sonny ini membagi peserta tes ke 2 ruangan. Nah aku salah satu yang harus pindah ke ruangan sebelah. Di ruangan sebelah ini, ada Mbak Ghaisa, HRD Trans7 lainnya yang bakal ngawasin psikotes. Sebelum mulai tesnya, Mbak Ghaisa ini bilang kalau yang hadir di sini itu ternyata berhasil seleksi tahap satu (screening CV). Jadi CVku (kayaknya) dibaca dan lolos seleksi. Lanjut. Jadi kan, aku baca-baca psikotes di internet itu kayaknya lumayan susah. Tapi setelah dibagi soal pertama ini psikotes kok nggak sesusah yang aku bayangin? Jadi sesi pertama itu Papikostik Test. Intinya, kita disuruh buat mendeskirpsikan kepribadian kamu (dalam konteks di lingkungan kerja). Di situ ada 4 kata dan kamu harus kasih tanda M (Most) buat kepribadian yang kamu banget, dan L (Least) buat kepribadian yang nggak kamu banget. Sesi kedua ini aku lupa namanya apa, cuma disitu banyak banget soalnya. Intinya ada sesi dimana kita harus cari pasangan gambar, cari kekurangan gambar, nambahin gambar yang kurang, kira-kira gitulah. Menurutku sih emang cukup tricky sih, tapi kuncinya yang penting fokus aja kerjain soal dari sesi ke sesi, pokoknya jangan panik gegara waktu yang limited abis. Kelar sesi ini, abis itu kita masuk ke sesi terakhir. Disini mungkin sesi favoritku sih. Jadi kita dikasih 4 lembar kertas. Halaman pertama, kita disuruh buat bikin gambar dari pattern sederhana yang ada di situ. Jadi di situ ada gambar titik, gambar koma, gambar tiga garis, pokoknya basic pattern gitu lah. Nanti, kalau udah kelar gambar, kamu disuruh buat kasih urutan dari mana kamu menggambar. Habis itu kalian juga disuruh kasih tanda pattern mana yang paling susah, yang paling gampang, dan paling kalian sukai. Nah, halaman kedua, kita disuruh buat gambar manusai utuh from head to toe, nggak boleh gambar kartun pokoknya intinya harus se-real mungkin. NAHHH, waktu sesi ini tetiba ada WA masuk dari Mamah.

"Rin, Mamah masih nunggu di halte. Mamah nunggu kamu sampai selesai aja deh."

AKU LANGSUNG PANIK KAN? Ya Alloh, itu panas-panas lho ya, dan bulan puasa pula, dan Mamah masih nunggu di halte DARI AWAL TADI. Rasanya pengin banget udahan waktu itu trus balik aja kasihan emak gue Ya Alloh T____T

But show must go on.

Akhirnya aku gambar Mamah yang lagi nyampu karena waktu itu satu-satunya yang terlintas di pikiran cuma emak saya. Di situ kamu juga harus nyebutin identitas orang yang kamu gambar mulai dari nama, alamat, usia pekerjaan de el el. Di lembar ketiga, kita disuruh gambar pohon yang berkambium. Aku waktu itu kebayangan pohon asem depan SD 2 Kebumen, yaudah aku gambar pohon asem... Dan di lembar terakhir kita disuruh tulis 7 kelebihan beserta buktinya dan 7 kekurangan beserta cara mengatasinya, intinya gitu.

Alhamdulillah kelar semua tes akhirnya aku ngabarin Mamah. Eh tapiii... Mas HRD tiba-tiba masuk ruangan "Silakan, bagi yang mau sholat dhuhur, tapi nanti jam 1 kumpul lagi di lobi ya, kita wawancara HRD". JEJEJEJEEEEEEEEEEEEENNNNNNNNNNNNNGGGGGGGGGGGGG...

Ku mengira hari ini cuma psikotes aja. Ternyata interview HRDnya lanjut hari itu juga! Antara panik belum persiapan interview, dan panik emak gue masih nunggu di halte dari jam 9 pagi, akhirnya aku putusin buat sholat dulu, biar tenang. Dalem hati "Ya Alloh, hamba ini harus lanjut atau pulang aja? Kasihan Mamah di sana nungguin dari pagi T___T"

Tapi mengingat support yang dikasih keluarga dan udah nanggung yakan, udah sampe Trans7, udah kelar psikotes-nya, yaudah aku bilang ke Mamah tolong sabar sedikit lagi. Beberapa menit berlalu dan satu demi satu peserta dipanggil masuk ke ruangan buat interview HRD. Di masa-masa nunggu ini aku jadi kepikiran Mamah terus. Malah sempet ada kepikiran buat cabut aja kali ya, gue engga tega sama emak. Tapi sekali lagi, aku udah sampai ke tahap ini. Istilahnya tinggal mak crut lagi kan (apaan tuh yang crut). Yaudah aku sabar-sabarin sambil banyak doa. Untung waktu itu aku ada selingan ngobrol bareng 2 mbak-mbak peserta juga. Satu lulusan UNSOED satu lagi udah kerja. Lama menunggu akhirnya namaku dipanggil juga. Interview HRD ini sebenernya nggak se-menegangkan seperti yang aku bayangin, sih. Di situ kita cuma ngobrol-ngobrol santai aja dan bahas soal CV juga. Aku di interview Mbak Ghaisa yang super cantik itu. Setelah memperkenalkan diri dsb, kita ngobrol-ngobrol seputar pengalaman part time dulu, pengalaman organisasi, sedikit bahas soal keluarga dan juga hobiku.

"Kamu suka desain juga?" kata Mbak Ghaisa.

"Iya, Mbak. Kebetulan dari dulu emang suka desain pake Photoshop"

"Kok ambilnya Sastra Inggris?"

"Iya, soalnya keluarga lebih support buat menekuni Bahasa Inggris daripada desain grafis. Yaudah aku belajar desain secara otodidak aja" jawabku.

"Biasanya kalau anak desain itu, nggak disuruhpun dia bakal bawa hasil desain dia, jualan desain dia, kok kamu nggak bawa?

MAMPUS. Saking minim-nya persiapan aku sampe nggak kepikiran buat bikin portopolio. Aku sih beralibi persiapannya sangat mepet karena rumahnya jauh jadi nggak sempet persiapan. UNTUNGNYA NIH... Aku ada website portofolio (www.reindrabramantyo.weebly.com), jadi seenggaknya ada bukti kalau aku bisa desain. Mbak Ghaisa lihat web-ku ini dari HPku dan kayaknya sih cukup antusias lihatnya. Setelah itu akhirnya Mbak Ghaisa ini menyudahi sesi wawancara HRD ini. YA ALLOH AKHIRNYA SELESAI JUGA... Mbak Ghaisa bilang nanti pengumuman ke tahap selanjutnya (Interview User) akan dikabarin paling lama 2 minggu lagi.

Aku langsung keluar ruangan dan pamit ke 2 teman cewek yang udah nemenin ngobrol dari tadi. Aku langsung ngibrit keluar dari gedung Trans7 dan nyari Mamah. Ya Alloh, Mamah masih di situ T___________T

Yang namanya pengorbanan Ibu ya guys, udah nggak usah diragukan lagi deh. Dari dulu nggak masalah dikatain anak mami, sampe sekarangpun. "Lha wong, mau interview kok dikancani mboke?". YO BEN!

Akhirnya kita pulang ke rumah sebelum maghrib.

Baru sehari di Jakarta rasanya pengin gundulin rambut! Hektiknya jalan raya dan suara klakson dimana-mana beneran bikin kepala pusing. Tapiya begitulah kalau kamu mau hidup di sana...

Kamis, 15 Juni 2017

Menjelang buka puasa, aku abis kelar mandi waktu itu. Waktu cek HP, ada panggilan tak terjawab dari nomer baru. Di situ juga ada 1 pesan masuk. Setelah aku baca ternyata ada SMS dari Mbak Ghaisa.

"Dear, Reindra. Boleh minta pin BBM kamu nggak?"

Nggak deng, bercanda.

Intinya, SMS itu kasih tahu kalau aku dapet undangan buat Interview User. WOW! Tapi yang lebih WOW lagi adalah, interview-nya ini BESOK SIANG!

Cerita lengkap soal Interview User-nya bakal lanjut di Part 2 ya...

HOLA! BONJOUR! CIAO! OLÀ! NAMASTE! OHAYO! Well, setelah sekian lama menghilang, akhirnya sempet juga buat nulis lag...